Indonesia, sebagai negara yang terletak di Cincin Api Pasifik, seringkali menjadi saksi berbagai bencana alam yang melibatkan gempa bumi, banjir, tanah longsor, dan letusan gunung api. Salah satu komunitas yang merasakan dampak langsung dari kejadian-kejadian ini adalah masyarakat Suku Baduy, yang tinggal di daerah yang terpencil di Provinsi Jawa Barat. Kehidupan mereka yang tradisional dan berpegang pada nilai-nilai adat, membuat mereka menjadi kelompok yang rentan terhadap dampak bencana.
Urang Kanekes, atau lebih dikenal sebagai Suku Baduy, merupakan kelompok etnis yang mendiami kawasan Lebak, Banten. Masyarakat Baduy terbagi menjadi dua kelompok utama, yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar. Keduanya memegang teguh tradisi adat dan memiliki cara hidup yang sederhana dengan minimnya interaksi dengan dunia luar.
Kawasan tempat tinggal Suku Baduy terletak di daerah pegunungan dan lembah yang rawan terhadap berbagai bencana alam. Tanah longsor dan banjir bandang merupakan ancaman nyata bagi keberlanjutan hidup mereka. Faktor penyebab banjir bandang tidak hanya disebabkan oleh faktor alam, namun juga karena adanya pembalakan liar di hutan yang disebabkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Salah satu dampak yang paling terasa oleh masyarakat Suku Baduy adalah terganggunya mata pencaharian mereka. Sebagian besar Suku Baduy mengandalkan pertanian dan perladangan sebagai sumber utama penghidupan. Bencana seperti banjir bandang dan tanah longsor dapat menghancurkan lahan pertanian dan merusak hasil panen, mengakibatkan kelangkaan pangan dan kehilangan sumber pendapatan.
Masyarakat Baduy menganggap bahwa bencana yang datang adalah peringatan dari Tuhan, sehingga mereka perlu mengevaluasi cara hidup mereka dan memperkuat nilai-nilai adat untuk menghadapi tantangan yang lebih besar di masa depan.
Bencana alam yang paling berpotensi untuk menerpa warga Baduy adalah gempa megathrust dengan magnitudo 8,9SR yang berpotensi terjadi di Banten. Kejadian ini dapat memberikan dampak signifikan terhadap struktur pemukiman mereka yang rentan terhadap guncangan kuat.
Warga Baduy menyebut wilayahnya bukan sebagai kampung wisata, namun kampung silaturahmi atau biasa disebut saba budaya Baduy. Hal ini mencerminkan semangat kebersamaan dan keakraban dalam masyarakat mereka.
Pendidikan mitigasi bencana menjadi kunci penting dalam meningkatkan ketahanan masyarakat Suku Baduy terhadap ancaman bencana alam. Pelatihan tentang evakuasi, tanggap darurat, dan manajemen risiko perlu diadakan secara reguler untuk mempersiapkan masyarakat menghadapi situasi darurat.
Dalam menghadapi kompleksitas ancaman bencana alam, masyarakat Suku Baduy di Jawa Barat harus bersatu dan bekerja sama untuk meningkatkan ketahanan mereka. Melibatkan pemerintah, lembaga non-pemerintah, dan masyarakat umum dalam upaya mitigasi dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman dan berkelanjutan bagi Suku Baduy, serta memastikan warisan budaya mereka dapat terus dilestarikan di tengah tantangan zaman.
Rohaendi dari Dinas Pariwisata Kabupaten Pandeglang mengatakan bahwa masyarakat Baduy sangat bergantung pada kita semua agar bisa tetap lestari. Keterlibatan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga non-pemerintah, dan wisatawan dapat membantu mendukung keberlanjutan masyarakat Baduy, baik dari segi lingkungan maupun pelestarian budaya mereka. Mari kita bersatu untuk mendukung masyarakat Suku Baduy dalam upaya adaptasi dan mitigasi bencana. Dukungan dari kita semua akan membantu menjaga keberlanjutan hidup mereka serta melestarikan keunikan budaya yang menjadi bagian berharga dari warisan Indonesia.
Penulis: Hanna Astaranti
Peserta “Jelajah Jejak Bencana Badui” APAD Indonesia & Disasterchannel.co
16-18 Januari 2023