loader

Visit

[Virtual Office] Office 8 Building, Level 18A. Jalan Jenderal Sudirman 52-53. Jakarta 12190. Indonesia

The Climate Realty Project Light Logo
Krisis Iklim Dapat Sebabkan Krisis Kopi
20 October

Krisis Iklim Dapat Sebabkan Krisis Kopi

Oleh: Amanda Katili Niode

 

Perubahan Iklim dapat menyebabkan kopi menjadi langka. Hal ini diangkat pada sebuah talk show di Amsterdam di acara Pasar Kopi – Indonesian Coffee Market & Coffee History Exhibition yang berlangsung pada 1 – 7 September 2022.

Acara yang diresmikan oleh Menteri BUMN Erick Thohir tersebut diselenggarakan oleh Roemah Indonesia BV didukung oleh PMO Kopi Nusantara. Tujuannya  mengangkat posisi Indonesia agar menjadi aktor penting dalam rantai suplai perdagangan kopi Indonesia di tingkat internasional. Selain mengupayakan pemasaran kopi dengan nilai tambah yang lebih baik agar penjualan ekspor meningkat secara signifikan, pada event ini keragaman dan kesinambungan kopi terhadap alam serta keberlanjutannya di masa depan juga dinarasikan dengan baik.

Talkshow “Climate Actions To Save Coffee” diadakan pada hari penutupan dengan menghadirkan empat narasumber, yaitu Tantrie Soetjipto, Co-founder Womanpreneur Community; Amanda Katili, Direktur Climate Reality Indonesia yang juga Ketua Omar Niode Foundation; Laetania Belai Djandam, Youth Climate Reality Leader; serta Rinaldi Nurpratama, Co-founder Dua Coffee Shop, dengan 8 kedai kopi, salah satunya  di Washington, DC, USA.

Analisis Stockholm Environment Institute baru-baru ini menyatakan bahwa perubahan iklim dapat mengurangi produksi kopi Arabika global sebesar 45,2% dan produksi Robusta global sebesar 23,5%. Sementara itu, Roman Grüter dkk. menulis di Jurnal Plos One bahwa penanaman kopi akan berubah pada tahun 2050 berdasarkan proyeksi dari beberapa model iklim global.  

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman kopi akan kurang cocok untuk dibudidayakan di daerah penghasil kopi saat ini pada tahun 2050 karena dampak perubahan iklim.

Amanda Katili mengatakan bahwa menanggapi perubahan iklim memerlukan pendekatan dua arah, yaitu mengurangi penyebabnya sehingga manusia dapat membatasi tingkat perubahan, dan beradaptasi dengan konsekuensinya sehingga lebih mudah untuk hidup dengan dampaknya.

Paparan para narasumber di Amsterdam menunjukkan bahwa para pemangku kepentingan, termasuk pelaku di industri kopi berupaya melaksanakan berbagai aksi iklim. Ini mengacu pada serangkaian kegiatan, mekanisme, maupun instrumen kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi tingkat keparahan perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia dan dampaknya.

Rinaldi menunjukkan wadah kopi pada outletnya yang dapat digunakan kembali, tentunya setelah sebelumnya memberikan informasi pada pelanggan. Ia juga memberi contoh kedai kopi milik kawannya bernama Worlk Café yang tidak memakai tempat makan dan minum serta sedotan yang terbuat dari plastik.

Menanggapi Belai yang berkisah bagaimana ia dan teman-temannya menyikapi perubahan iklim dengan kegiatan yang menyenangkan seperti seni ataupun kegiatan Youth Leadership Camp for Climate Crisis, Rinaldi juga terbuka untuk bekerja sama agar generasi muda lebih memahami industri kopi dari hulu ke hilir, termasuk melalui games ataupun metaverse.

Di Amsterdam rekan-rekan Rinaldi berbagai informasi positif tentang aksi iklim komunitas kopi di Indonesia. Andanu Prasetyo dari Kopi Tuku menerangkan bahwa jejak jejak karbon pada usahanya dihitung, sehingga pemicu perubahan iklim ini dapat dikurangi. Sedangkan Mikael Jasin dari Catur Coffee yakin bahwa usahanya akan segera mencapai karbon negatif, yang berarti lebih banyak karbon yang diserap melalui berbagai cara dibandingkan dengan karbon yang dikeluarkan. Raras Bernadetta dari Telkom yang aktif dalam ekosistem pangan, termasuk kopi, yakin bahwa banyak yang dapat dijajaki untuk mengurangi emisi karbon, antara lain dengan konsep digital.

Pelaku UMKM yang jumlahnya mencapai puluhan juta, menurut Tantrie dapat ditingkatkan perannya untuk melindungi keanekaragaman hayati maupun berbisnis dengan tidak melukai bumi seperti menggunakan limbah untuk kemasan produk.

Apa yang dilaksanakan para pemangku kepentingan terkait kopi di Indonesia, sejalan dengan pendapat Stockholm Environment Institute. Dari perspektif global, memastikan pasokan kopi yang stabil untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat dan melindungi mata pencaharian petani kopi adalah tantangan yang perlu diselesaikan melalui kolaborasi.

  • Tags:



    Categories

    Tags

    Latest Post

    Film Premiere Degayu: Against the Shore
    1 August

    Film Premiere Degayu: Against the Shore

    Oleh: SWARY UTAMI DEWI (Climate Leader 2009 dan Board KBCF) Jika ada yang bertanya apa dampak nyata perubahan iklim? Untuk Jawa, longoklah film pendek "Degayu". Langkah-langkah kaki yang berderap -- deg deg deg -- saat sang penari ayu sedang menari, memunculkan nama Degayu. Itulah suguhan awal Desa Degayu, yang kemudian berubah menjadi kelurahan. Letaknya di Kecamatan Pekalongan Utara, Kabupaten Pekalongan,…
    Read More
    Behavior Change and Solutions from the Youth, Surabaya 2023
    16 July

    Behavior Change and Solutions from the Youth, Surabaya 2023

    The talkshow brought together three inspiring speakers who shared their perspectives and insights on addressing the climate crisis. Held on July 9th at Grand City Mall in Surabaya, the event aimed to inspire and empower the audience, particularly the youth, to take action towards a sustainable future. Azaria Bernadette, the first speaker, shed light on climate issues in Surabaya, emphasizing…
    Read More
    The Future of Food: A Panel Discussion
    10 July

    The Future of Food: A Panel Discussion

    The future of food is a topic of growing importance as our world faces a number of challenges, including climate change, population growth, and food insecurity. Amanda Katili-Niode, Mei Batubara, Tantrie Soetjipto, and Claudia Laricchia recently discussed these challenges on Ubud Food Festival, 1 July 2023, and offered their insights on how we can create a more sustainable and resilient…
    Read More
    Edu-fun Activities for Moken and Moklen Kids: Getting to Know the Surrounding Environment and Climate Change
    12 June

    Edu-fun Activities for Moken and Moklen Kids: Getting to Know the Surrounding Environment and Climate Change

    Written by Yuri Pratama Widiyana Reviewed by Pavarot Noranarttragoon, PhD and Ratchada Arpornsilp On this project, we have the opportunity to engage with the sea gypsy communities and create some activities with the young generations of the sea gypsy. The activities aimed to generate awareness about the surrounding environment and climate-relevant issues. It also incorporated some practical knowledge on how…
    Read More
    Sea Gypsy and the Wave of Climate Change
    12 June

    Sea Gypsy and the Wave of Climate Change

    Written by Yuri Pratama Widiyana Reviewed by Pavarot Noranarttragoon, PhD and Ratchada Arpornsilp For centuries, the sea gypsy communities have been roaming around the ocean for their livelihood, building traditions and culture that represent the unique blend of their love to nature and the tribe. As an ocean voyager, the sea gypsy developed a sustainable approach towards nature. They observe…
    Read More
    Raicab Sleman Climate Hero Session 2023 Guides Penegak-Pandega Awareness of the Climate Crisis
    19 May

    Raicab Sleman Climate Hero Session 2023 Guides Penegak-Pandega Awareness of the Climate Crisis

    Sleman, Indonesia — Climate Hero is an activity session managed by Climate Reality Indonesia (CRI) and the Association of Top Achiever Scouts (ATAS) Indonesia. It was first introduced at the XI National Jamboree in 2022, and has since been included in jamborees and raimunas at various levels. Raimuna Branch Sleman 2023, which took place from May 10 to 13, 2023,…
    Read More

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    *

    *
    *

    logo