loader

Visit

[Virtual Office] Office 8 Building, Level 18A. Jalan Jenderal Sudirman 52-53. Jakarta 12190. Indonesia

The Climate Realty Project Light Logo
4 February

Peduli Lingkungan adalah Gaya Hidup Bagi Emilia dan Laudia

Oleh: Emilia Bassar dan Ethereal Laudia

 

Menjadikan gaya hidup hijau untuk membantu mengurangi emisi karbon tidaklah sebuah jargon belaka bagi Emilia Bassar dan anaknya, Laudia. Di sela Global Training The Climate Reality Project yang diadakan secara virtual pada akhir Oktober lalu, mereka sempat berbincang mengenai komitmen untuk turut serta dalam gerakan ini serta peran bidang komunikasi untuk membantu masyarakat sadar akan pentingnya tentang isu kepedulian lingkungan.

Aplikasi gaya hidup ia terapkan tidak hanya di ranah kehidupan pribadi tetapi juga pada lingkungan profesionalnya. Membiasakan diri untuk melakukan penghematan daya guna listrik juga disiplin dilakukan.

“Mungkin dampaknya kecil ya, matiin AC dalam waktu satu jam atau dua jam,” imbuhnya.

Jika harus menempuh jarak pendek ke suatu tujuan, ia bersama keluarganya akan memilih untuk berjalan kaki agar tidak menggunakan kendaraan bermotor.

Sebagai praktisi komunikasi di bidang hubungan masyarakat, ia turut aktif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kepedulian lingkungan dengan menggunakan inisiatif kampanye publik.

“Karena di sekitar sini banyak restoran, kafe, atau warung gitu ya, itu kan ya jalan kaki aja gitu daripada naik motor,” ujarnya.

Bagi Emilia, proses pembuatan sebuah kampanye mirip seperti olahraga yang melatih seseorang untuk tidak pantang menyerah dan membuat pikiran lebih terbuka. Kerap kali ada saja orang yang bertolak belakang karena tidak sependapat tapi ini menjadikan dirinya untuk semakin gigih untuk menyadarkan masyarakat pentingnya peduli terhadap lingkungan karena   kepedulian terhadap lingkungan bisa dimulai dari hal yang kecil.

“Ketika kita menghadapi orang-orang yang sulit untuk berubah kita kan selalu mencari strategi ‘gimana lagi ya’ ‘bagaimana lagi ya’,” ujarnya.

Memahami isu dan topik yang relevan terkait dengan kepedulian lingkungan menjadi keterampilan yang selalu diasah oleh Emilia untuk memastikan pesan kunci yang disampaikan dapat diterima dengan baik.

“Biasanya kalau kita sebagai praktisi atau konsultan komunikasi kan kita mempelajari isu-isunya gitu ya. Kita baca buku-bukunya peraturan perundangannya. Lalu juga diskusi dengan orang-orang yang expert di situ,” ujarnya.

Begitu juga dengan anaknya, Laudia merasa mulai tertarik dengan isu lingkungan saat Emilia mulai menjadi konsultan komunikasi di Borneo Orangutan Survivor. “Aku waktu itu kelas empat SD, 2010 kali ya,” ujar Laudia.

Ia mengaku cerita yang disampaikan Emilia, ibunya, mengenai orang utan sangat menggerakan hatinya. “Mungkin waktu itu isunya nggak bener-bener kita mempelajari atau bersinggungan langsung sama isu climate change, tapi karena rasa kasihannya itu duluan, kayak ‘kok bisa manusia jahat’ gitu sama mereka,” ungkap Laudia.

Lalu Laudia mengungkapkan dari situlah mulai adanya pergerakan untuk peduli lingkungan. “Nah, terus mulailah nanti nyerempet-nyerempet kayak ‘yaudah ayo kita jangan pake plastik lagi’ gitu,” tambah Laudia.

Kegiatan Laudia yang sedang dilakukan ialah menempuh studi di Malaysia bercerita bahwa dari hal sekecil itu menjadikan gaya hidup baru untuk dirinya dan keluarga. “Jadi kita (kadang) nenteng-nenteng penuh bawaannya biar ga pake plastik,” kata Laudia.

“Asisten Rumah Tangga di rumah juga nggak boleh pakai kantong plastik dari warung gitu, harus dari rumah. Jadi mindset-nya kan terbentuk lah ya lama-lama,” imbuh Laudia.

Namun, ia juga mengaku belum sepenuhnya bisa lepas dari plastik meski tetap berusaha untuk menguranginya. “Sebenernya emang susah sih memulai suatu yang baru, punya gagasan baru. Terus tiba-tiba terjun sesuatu yang kita tuh ga nyaman. Karena paling nyaman nih kita beli dikasih kantong,” ungkapnya.

Namun, pada dasarnya kepedulian terhadap lingkungan harus tetap menjadi kebiasaan setiap orang untuk menjaga bumi. Laudia mengumpamakannya seperti sedang move on dari mantan. “Kan kita mengenang semua kenyamanan dan kebaikan dia, tapi ketika kita sudah selesai move on-nya, kita bisa jadi diri kita sendiri,” jelas Laudia.

“Yang dibutuhkan adalah kita menjadi diri kita sendiri versi kita sayang sama alam semesta ini gitu,” tambahnya.

  • Tags:



    Categories

    Tags

    Latest Post

    Film Premiere Degayu: Against the Shore
    1 August

    Film Premiere Degayu: Against the Shore

    Oleh: SWARY UTAMI DEWI (Climate Leader 2009 dan Board KBCF) Jika ada yang bertanya apa dampak nyata perubahan iklim? Untuk Jawa, longoklah film pendek "Degayu". Langkah-langkah kaki yang berderap -- deg deg deg -- saat sang penari ayu sedang menari, memunculkan nama Degayu. Itulah suguhan awal Desa Degayu, yang kemudian berubah menjadi kelurahan. Letaknya di Kecamatan Pekalongan Utara, Kabupaten Pekalongan,…
    Read More
    Behavior Change and Solutions from the Youth, Surabaya 2023
    16 July

    Behavior Change and Solutions from the Youth, Surabaya 2023

    The talkshow brought together three inspiring speakers who shared their perspectives and insights on addressing the climate crisis. Held on July 9th at Grand City Mall in Surabaya, the event aimed to inspire and empower the audience, particularly the youth, to take action towards a sustainable future. Azaria Bernadette, the first speaker, shed light on climate issues in Surabaya, emphasizing…
    Read More
    The Future of Food: A Panel Discussion
    10 July

    The Future of Food: A Panel Discussion

    The future of food is a topic of growing importance as our world faces a number of challenges, including climate change, population growth, and food insecurity. Amanda Katili-Niode, Mei Batubara, Tantrie Soetjipto, and Claudia Laricchia recently discussed these challenges on Ubud Food Festival, 1 July 2023, and offered their insights on how we can create a more sustainable and resilient…
    Read More
    Edu-fun Activities for Moken and Moklen Kids: Getting to Know the Surrounding Environment and Climate Change
    12 June

    Edu-fun Activities for Moken and Moklen Kids: Getting to Know the Surrounding Environment and Climate Change

    Written by Yuri Pratama Widiyana Reviewed by Pavarot Noranarttragoon, PhD and Ratchada Arpornsilp On this project, we have the opportunity to engage with the sea gypsy communities and create some activities with the young generations of the sea gypsy. The activities aimed to generate awareness about the surrounding environment and climate-relevant issues. It also incorporated some practical knowledge on how…
    Read More
    Sea Gypsy and the Wave of Climate Change
    12 June

    Sea Gypsy and the Wave of Climate Change

    Written by Yuri Pratama Widiyana Reviewed by Pavarot Noranarttragoon, PhD and Ratchada Arpornsilp For centuries, the sea gypsy communities have been roaming around the ocean for their livelihood, building traditions and culture that represent the unique blend of their love to nature and the tribe. As an ocean voyager, the sea gypsy developed a sustainable approach towards nature. They observe…
    Read More
    Raicab Sleman Climate Hero Session 2023 Guides Penegak-Pandega Awareness of the Climate Crisis
    19 May

    Raicab Sleman Climate Hero Session 2023 Guides Penegak-Pandega Awareness of the Climate Crisis

    Sleman, Indonesia — Climate Hero is an activity session managed by Climate Reality Indonesia (CRI) and the Association of Top Achiever Scouts (ATAS) Indonesia. It was first introduced at the XI National Jamboree in 2022, and has since been included in jamborees and raimunas at various levels. Raimuna Branch Sleman 2023, which took place from May 10 to 13, 2023,…
    Read More

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    *

    *
    *

    logo