Youth for Climate Actions in Geopark
Oleh: Hanna Wita Astaranti
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang amat beragam. Berbagai jenis flora dan fauna dapat dengan mudah dijumpai di berbagai daerah di negeri kita ini. Tiap pulau memiliki ciri khas kekayaan alam yang berbeda satu dengan yang lainnya. Hal itulah yang dipamerkan dalam UNESCO Global Geopark Youth Forum 2022 yang diadakan di Geopark Batur, Kintamani, Bangli.
Acara ini dihadari oleh 10 perwakilan Geopark internasional, diantaranya dari Thailand, Britania Raya, Malaysia, Hungaria, Belgia, Vietnam, Jepang dan Belanda serta puluhan delegasi geopark dalam negeri seperti dari Geopark Ijen, Geopark Natuna, Geopark Ternate, Geopark Silokek dan masih banyak lagi.
Pada hari pertama kegiatan diawali dengan sambutan dari berbagai menteri yang memberikan motivasi dan pesan semangat pada generasi muda, sebagai perwakilan dari pariwisata Indonesia, masing-masing peserta mengemban tugas untuk melestarikan kebudayaan dan keunikan daerahnya. Dengan kreatifitas dan keberagaman yang dimiliki, perwakilan dari Geopark menghias booth yang terdapat di depan auditorium sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian publik yang datang.
Sesuai dengan tema acara yaitu “Youths for Climate Action in Geoparks” sesi berikutnya, para ahli memaparkan kaitan keberadaan geopark terhadap isu perubahan iklim yang sedang marak. Salah satu narasumber, Amanda Katili Niode dari Climate Reality Indonesia memaparkan betapa aksi pemuda dapat berpengaruh pada keberlangsungan alam, khususnya geopark. Dengan berkontribusi dalam Advocacy Actions, pemuda bisa berkontribusi dalam pembangunan awareness masyarakat serta terjun langsung dalam praktiknya.
Di hari berikutnya, perwakilan tiap negara dan daerah mempresentasikan geopark yang menjadi kebanggaannya. Sesi tanya jawab dilakukan sembari berdiskusi untuk membahas keunikan dari masing-masing tempat. Disampaikan pula kiat-kiat yang dilakukan pemuda untuk bisa berpartisipasi dalam kegiatan Geopark masing-masing.
Hari yang ditunggu akhirnya tiba, selama 2 hari berikutnya, kegiatan field trip dilakukan untuk mengenal Geopark Batur serta geosites yang terdapat di dalamnya. Diawali dengan pendakian ke puncak Gunung Batur pukul 3 pagi untuk mengejar matahari terbit, pengalaman yang amat menakjubkan karena pemandangan yang disuguhi membuat peserta melupakan peluh yang sudah membanjiri wajah. Lalu kegiatan dilanjutkan dengan meluruskan otot yang tegang di pemandian air panas Toya Devasya yang mempunyai arti “air dari Tuhan” sebagai simbol pemberian Sang Hyang Widhi kepada masyarakat Batur. Selepas bersantai, perjalanan dilanjutkan ke Desa Terunyan, sebuah desa yang memiliki tradisi untuk menempatkan penduduk yang tutup usia di bawah pohon Banyan sebagai tempat peristirahatan terakhir. Rangkaian perjalanan ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi peserta, untuk melestarikan geopark di negara dan daerah masing-masing, agar dapat bergandengan tangan mengatasi krisis iklim yang sedang terjadi dan mengharumkan nama daerahnya ke mata dunia.